Suarademokrasi, JAKARTA – Sejarah Baru tertoreh di dinas Kebudayaan DKI Jakarta pasca diselenggarakannya diskusi publik yang bertemakan “Mendengar Jeritan Hati Seniman Betawi” di Pusat Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
Aktivis nasional yang sedang berusaha memperbaiki kampungnya sendiri, Jalih Pitoeng menoreh sejarah baru di dinas kebudayaan DKI Jakarta.
Selain dirinya berperan aktif guna mengungkap korupsi dan manipulasi yang terjadi pada masa kepemimpinan kepala dinas Iwan Henry Wardhana, Jalih Pitoeng selaku ketua penyelenggara diskusi publik tersebut mengundang seluruh pimpinan pengisi acara ke kantor dinas kebudayaan DKI Jakarta.
Sebagaimana video yang di release melalui kanal YouTube pribadinya, Jalih Pitoeng mengatakan bahwa pristiwa seperti ini merupakan sejarah baru dan pertama kalinya sejak dinas kebudayaan DKI Jakarta ada.
“Ternyata ini adalah sejarah baru dan untuk yang pertama kalinya terjadi sejak dinas kebudayaan ini ada,” ungkap Jalih Pitoeng, Kamis (10/07/2025).
“Ini adalah wujud transparansi dan bukti bahwa kita YASBI menjunjung tinggi akuntabilitas,” sambungnya menegaskan.
“Saya tanya sekali lagi, pernah tidak diantara kita semua yang pernah mengalami seperti ini,” lanjut Jalih Pitoeng melempar tanya.
“Tidak…!!! belum pernah,” jawab peserta rapat serentak.
Bahkan Jalih Pitoeng bertanya kembali kepada pimpinan sanggar Gambang Kromong “Setia Muda” haji Mardani.
“Bang aji yang sudah malang melintang didunia seni, pernah tidak diundang seperti ini oleh penyelenggara,” tanya Jalih Pitoeng menegaskan.
“Ga pernah. Cuma baru kali ini,” jawabnya singkat.
Perlu bapak bapak dan ibu ketahui, mengapa saya undang kesini, karena saya ingin adanya transparansi didalam proses penyelenggaraan hingga pembayarannya oleh dinas kebudayaan,” kata Jalih Pitoeng saat memberi arahan sebelum penandatanganan.
“Oleh karena itu saya heran, bagaimana mungkin orang belum lahir udah disunatin,” lanjut Jalih Pitoeng memberi ungkapan.
“Kan bapak bapak semua para pengisi acara belum dibayar oleh dinas, ini boss nya nih yang akan bayar nanti,” sambungnya seraya menepuk punggung pejabat dinas kebudayaan.
“Mengapa saya sampaikan ini, karena seminggu sebelum hari ini, beredar fitnah keji bahwa Gambang Kromong Setia Muda 6 juta dipotong. Begitulah Isyu dan fitnah yang dilontarkan oleh saudara MM dan beredar di group WA,” kata Jalih Pitoeng memaparkan.
Mohamad Ikhsan, selaku pejabat dinas kebudayaan DKI Jakarta, mengatakan dalam pertemuan yang diinisiasi oleh ketua umum YASBI Jalih Pitoeng, mengatakan bahwa dirinya sangat mendukung langkah yang diambil oleh Jalih Pitoeng.
“Saya salut dan sangat setuju dengan langkah yang diambil sama bang Jalih Pitoeng,” ungkap Ikhsan.
“Jadi bapak-bapak tolong isi ini kwitansi nya dan tandatangani,” lanjutnya.
“Nanti kita dari dinas akan segera mengurus dan mencairkannya tanpa ada potongan kecuali pajak ya,” Ikhsan menegaskan.
“Makanya KTP, NPWP dan nomor rekening nya harus sama atas nama pimpinan sanggar,” lanjut Ikhsan mengingatkan.
Diketahui dalam acara tersebut dihadiri oleh seluruh pimpinan sanggar pengisi acara diskusi publik yang diselenggarakan oleh Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Budaya Betawi (YASBI). Mulai pengisi tarian, Gambang Kromong, Palang Pintu, Ondel-ondel, sanggar-sanggar silat, band Semur Jengkol bahkan MC.
Sebelumnya, dalam memberi arahan pada para pimpinan sanggar pengisi acara diskusi publik yang diselenggarakan di Pusat Perkampungan Budaya Betawi pada 30 Juni 2025 tersebut, Jalih Pitoeng juga menjelaskan tentang visi dan misi besar mengapa YASBI didirikan.
“YASBI terlahir dari rahim FORMASI. Forum Aliansi Masyarakat Anti Korupsi yang telah berperan aktif membongkar kasus korupsi di dinas kebudayaan atas dukungan penuh pak Fuji Surono selaku ASN di Sudin Kebudayaan Jakarta Utara,” Jalih Pitoeng menjelaskan.
“Tujuannya adalah mengkoreksi kesalahan-kesalahan atas tindakan yang koruptif dan manipulatif yang telah terjadi pada masa kepemimpinan kadis yang saat ini sudah ditangkap pak Iwan Henry Wardhana,” Jalih Pitoeng menandaskan.
“Oleh karena pristiwa itulah YASBI lahir untuk bapak-bapak para pegiat seni budaya Betawi,’ lanjut Jalih Pitoeng menegaskan.
“Maka kedepan saya butuh Jalih Pitoeng-Jalih Pitoeng muda untuk melanjutkan perjuangan saya,” pinta Jalih Pitoeng.
“Karena saya akan kembali ke habitat saya wiraswasta,” imbuhnya.
Selaku salah satu penggagas dan pendiri YASBI sekaligus penyelenggara acara diskusi, dalam rapat yang diinisiasi dan dipimpinnya, Jalih Pitoeng juga menyampaikan apresiasi dan terimakasih nya kepada dinas kebudayaan DKI Jakarta.
“Saya sudah berjanji sejak rapat pertama dengan Bu Arista selaku Plt Kepala Bidang Pemanfaatan, bahwa saya ingin memberikan proyek percontohan tentang penyelenggaraan yang transparan dan akuntabel,” kata Jalih Pitoeng.
“Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kita juga mengucapkan terimakasih kepada dinas kebudayaan, terutama Bu Arista selaku kepala bidang pemanfaatan, pak Rifa’i dan pak Ikhsan yang sampai saat ini masih terus membantu bapak-bapak semua dalam proses percepatan pembayaran,’ ungkap Jalih Pitoeng.
“Semoga metode ini menjadi contoh kedepannya,” imbuh Jalih Pitoeng.
“Dan kami YASBI bersama FORMASI akan terus mengawal, mengedukasi sekaligus mengadvokasi jika ada para pegiat seni yang membutuhkan pendampingan,” katanya.
“Baik dalam mengurus legalitas dan dokumen yang dibutuhkan maupun advokasi dan pembelaan jika terjadi intimidasi atau ketidakadilan yang dialami oleh kawan-kawan” pungkas Jalih Pitoeng. (L)