banner 728x250

Jalih Pitoeng Minta YASBI Perjuangkan Aspirasi Pegiat Seni Budaya Betawi

Avatar photo
banner 120x600
banner 468x60

SD, JAKARTA – Diskusi Publik yang rencananya akan di gelar 30 Juni mendatang di ruang Serbaguna Pusat Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, akan menjadi momentum bersejarah dalam kebangkitan para pegiat seni budaya Betawi.

Acara tersebut dimaksudkan untuk menghadirkan para pimpinan sanggar seni budaya Betawi yang akhir-akhir ini santer diberitakan bahwa anggarannya di korupsi.

Ide dan gagasan berdirinya YASBI sebagaimana ditulis oleh Jalih Pitoeng dalam sejarah singkat berdirinya YASBI, merupakan inisiasi yang positif dan solutif.

Dimana pemikiran-pemikiran, ide dan gagasan untuk menghimpun para pegiat seni budaya untuk mengurus dirinya sendiri didalam rumah perjuangan para pegiat seni budaya Betawi.

Menurut Jalih Pitoeng, salah satu penggagas dan pendiri sekaligus ketua umum Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Seni Budaya Betawi (YASBI), dirinya ingin agar para pegiat dan pelaku seni budaya Betawi punya wadah secara spesifik yang memikirkan, mengurus serta mengembangkan dirinya sebagai bagian dari kaum pelestari budaya Betawi.

Terutama bagi para pelaku, pelatih dan guru-guru perguruan silat yang selama ini luput dari perhatian banyak pihak.

Dihadapan awak media, pendiri sekaligus ketua umum FORMASI (Forum Aliansi Masyarakat Anti Korupsi) ini juga melihat betapa pentingnya para pegiat seni budaya Betawi yang terzolimi pasca terungkapnya kasus korupsi di dinas kebudayaan DKI Jakarta untuk mengorganisir diri sekaligus mengintegrasikan sanggar-sanggarnya kedalam YASBI untuk membangun kemajuan secara bersama-sama.

“Mohon maaf, selama ini kami dari Jalih Pitoeng Centre mengamati bahwa para pelaku dan pegiat seni budaya Betawi, khususnya para guru-guru silat kurang mendapat perhatian dari para pihak termasuk pemerintah,” ungkap Jalih Pitoeng, Rabu (25/06/2025).

“Fakta empirik ini menunjukan bahwa mereka hanya tampil, dibayar, lalu bubar dan diabaikan,” lanjutnya pedas.

“Gila nya lagi, dikorupsi pula,” imbuhnya penuh emosi.

“Oleh karena itu, pasca ditangkapnya mantan kepala dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana beserta dua rekan lainnya yaitu Gatot Arif Rahmadi dan Muhamad Fairza Maulana yang sudah masuk pada masa persidangan di pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, saya berharap dibawah pimpinan kadis yang baru bisa melakukan terobosan dalam merawat, menjaga dan melestarikan sekaligus mengembangkan budaya Betawi dikancah global,” pinta Jalih Pitoeng.

Menurut Jalih Pitoeng, menuju Jakarta sebagai kota dunia (Global City) budaya Betawi harus jadi warisan budaya dunia. Dimana sektor pariwisata merupakan salah satu tanggung jawab SKPD (Satuan Perangkat Kerja Daerah) yang berkewajiban untuk mempromosikannya.

“Maka budaya Betawi bukan hanya tanggung jawab dinas kebudayaan, tapi juga merupakan tanggung jawab dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif atau Parekraf termasuk deputi gubernur bidang Pariwisata dan Kebudayaan,” sambung Jalih Pitoeng mengingatkan.

“Oleh karena itu, Dinas Kebudayaan, Dinas Parekraf dan deputi gubernur bidang Pariwisata dan Kebudayaan memiliki tanggung jawab yang sangat korelatif,” sambungnya menandaskan.

Sementara menurut wakil ketua umum YASBI Al-Ghozali juga membenarkan bahwa kesiapan untuk menggelar acara diskusi publik yang bertema “Mendengar Jeritan Hati Para Pegiat Seni Budaya Betawi” mengatakan sudah 90 rampung.

“Alhamdulillah, perhari ini sudah mencapai 90 persen,” katanya.

“Pokonya temen-temen para pegiat seni budaya tinggal datang aja,” Ghozali menandaskan.

Ghozali juga menuturkan bahwa dalam acara diskusi tersebut akan dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Miftahullah Tamary, Anggota DPRD DKI Yusuf Sahid, Budayawan Betawi Yahya Andi Saputra serta KH. Lutfi Hakim selaku wakil ketua PWNU DKI Jakarta dalam melihat pentingnya pelestarian budaya dalam perspektif agama.

Selain Ghozali, Fuji Surono juga mengatakan bahwa ini saatnya para pegiat seni budaya Betawi untuk mengurus dan mengembangkan diri dan sanggar-sanggarnya.

“Ini adalah saat yang tepat bagi para pelaku dan pegiat seni budaya Betawi mengurus dan mengembangkan dirinya,” lanjut Fuji.

Mantan kepala seksi pembinaan di Suku Dinas kebudayaan Jakarta Utara ini berharap agar para pimpinan sanggar bisa hadir untuk menyampaikan berbagai problematika yang mereka alami selama ini.

“Saya berharap agar para pimpinan sanggar bisa hadir untuk menyampaikan uneg-uneg dan ide serta gagasannya didalam diskusi nanti,” harap Fuji.

Salah satu ASN yang memiliki kepedulian tinggi terhadap seni budaya Betawi yang membongkar kasus dugaan korupsi ratusan miliar di dinas kebudayaan bersama FORMASI ini berharap agar pristiwa serupa tidak terulang kembali.

“Saya berharap dibawah pimpinan pak Miftah selaku Kadis yang baru, agar tidak terulang lagi pristiwa yang merugikan para pegiat dan pelaku seni budaya Betawi,” pintanya penuh harap.

Sementara Panca Nur, salah satu cicit dari sang maestro Silat Beksi Kong Hasbullah mengharapkan agar para pegiat seni budaya Betawi bisa hadir dan bergabung dalam diskusi.

“Kite prihatin dan kecewa dengan pristiwa yang memalukan sekaligus memilukan bagi para pegiat seni budaya Betawi yang menjadi korban korupsi dan manipulasi yang terjadi,” kata Panca.

“Dengan lahirnya YASBI ini kita berharap kedepan tidak ada lagi itu korupsi di dinas kebudayaan,” lanjutnya.

Wakil ketua umum YASBI yang juga sebagai koordinator seksi acara diskusi tersebut mengajak kepada seluruh pegiat seni budaya Betawi untuk merawat, menjaga dan mengembangkan seni budaya Betawi.

“Oleh karena itu, mari kita jaga dan pelihara rumah para pegiat seni budaya Betawi ini,” ajak Panca.

“Apalagi saya tahu persis bagaimana berdarah-darahnya YASBI ini lahir dari rahim FORMASI yang begitu gigihnya memperjuangkan nasib kita-kita para pegiat seni budaya Betawi,” lanjut Panca menegaskan.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh ketua umum FORMASI Jalih Pitoeng.

“Kita memperjuangkan kepentingan para pegiat seni budaya ini tidak ada yang membiayai. Siang malam kita lakukan reportase dan investigasi bersama pak Fuji guna menghadirkan banyak saksi sekaligus mengumpulkan data yang harus disajikan kepada penyidik di kejaksaan tinggi DKI Jakarta,” ungkap Jalih Pitoeng.

“Bahkan saya sampai dapat fitnah dari orang-orang yang tidak faham bagaimana mengeksplorasi informasi sebakurat mungkin,” sambungnya.

“Dimana saya jadi bisa mendengar langsung dari tersangka yang kini sudah jadi terdakwa tentang uang yang satu cover sebagaimana akhirnya telah diketahui bersama,” kenang Jalih Pitoeng.

“Karena saya ingin memastikan bahwa informasi yang saya terima itu adalah benar adanya,” Jalih Pitoeng menegaskan.

“Sehingga orang-orang yang berspekulasi negatif terhadap saya itu akhirnya kecele dimana Iwan dkk akhirnya digeledah dan ditangkap,” kata Jalih Pitoeng.

“Istilahnya ga kuat orang mengikuti saya jika berkulit perut tipis dan berusus pendek. Gampang ‘masuk angin’ dan ga tahan lapar dalam perjuangan,” sindirnya.

“Dan ini juga bukan persoalan mudah. Peran kawan-kawan media dan netizen juga punya andil besar karena saya tidak mungkin berteriak sendirian,” ucapnya.

“Maka menjadi invalid ketika Iwan meminta saya untuk men take down pemberitaan tentang statemen dibeberapa media kala itu,” ungkap Jalih Pitoeng.

“Karena saya adalah salah satu orang yang terus berusaha untuk tetap Istiqomah dalam perjuangan rakyat serta tak bisa diintervensi,” kenang Jalih Pitoeng.

“Maka saya juga berharap agar YASBI ini dipimpin oleh orang-orang dan generasi muda yang berkualitas, berintegritas dan mandiri tanpa adanya intervensi,” pinta Jalih Pitoeng.

“Apalagi dari politisi atau kepentingan-kepentingan politik praktis dan sesaat,” tegasnya.

Menurut pendiri Jalih Pitoeng Centre yang telah lama mengamati perkembangan sosial politik ormas-ormas Kebetawian ini, memandang perlu keseriusan dalam menjaga, memelihara dan mengembangkan seni budaya Betawi termasuk mensejahterakan para pelakunya.

“Karena YASBI ini murni perjuangan hati nurani para pegiat seni budaya Betawi yang sudah bosan dan muak dengan janji-janji politisi,” kata Jalih Pitoeng.

“Pelestarian budaya Betawi hanya jadi jargon-jargon dan pidato politik belaka diatas podium saat mereka membutuhkan dukungan secara elektoral pada kancah kontestasi,” Jalih Pitoeng menyayangkan.

“Saya hanya membuka gerbang saja, membuka mata dan pikiran bagi yang lupa atau tidak peduli serta menuangkan ide-ide dan gagasan secara konseptual bagi saudara-saudara kita para pegiat seni budaya Betawi. Bahkan untuk kepentingan itu saya sampai istiqoroh untuk menentukan nama dan logo yang kemudian qodarullah Sisminbakum mengabulkan nya,” sambung Jalih Pitoeng mengenang gigihnya perjuangan rakyat.

Pemilik Jacindo Group ini juga akhirnya menuturkan tentang latar belakang pribadinya untuk menepis isyu dan fitnah recehan yang sempat menerpa dirinya.

“Mungkin dia bercermin pada dirinya yang berotak cetek bermental copet,” kata Jalih Pitoeng pedas.

“Yang hanya mementingkan dirinya serta mengambil kesempatan dibalik perjuangan,” Jalih Pitoeng menandaskan.

Dihadapan awak media, Jalih Pitoeng juga mengungkapkan maksud dan tujuan nya turut aktif membongkar korupsi dan membidani YASBI.

“Jadi keliru besar bahkan sangat keliru jika ada yang beranggapan bahwa Jalih Pitoeng mau mencari keuntungan baik berupa materi maupun jabatan,” tegasnya.

“Dipenghujung usia, saya hanya ingin mengabdi untuk Betawi sebagai bentuk kepedulian terhadap rumpun yang sangat saya cintai,” imbuhnya.

“Hidup saya sudah selesai boss. Walau deviden tidak terlalu besar karena perusahaan property sedang lesu hingga saat ini,” pungkasnya. (L)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *