Suarademokrasi, Jakarta – Penjabat (Pj) Bupati Wajo Drs. Andi Bataralifu, M.Si menghadiri Pameran kerajinan International Handicraft Trade Fair (Inacraft 2024) di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (28/2/2024).
Pameran Inacraft diramaikan oleh 1.500 UKM peserta yang mengisi 1.066 booth yang terdiri dari 850 anggota ASEPHI, 650 terdiri dari Non Anggota dan Peserta Binaan Kementerian, BUMN, Dinas, dan Dekranasda.
Inacraft 2024 juga dihadiri oleh peserta luar negeri yang bertempat di Plenary Hall, seperti Uzbekistan, Nepal, Thailand, Malaysia, Korea, Jepang, Polandia, Vietnam, China, dan perwakilan negara Asia Tenggara.
Pj Bupati Wajo Drs. Andi Bataralifu, mengatakan pameran Inacraf merupakan program rutin dan Kabupaten Wajo yang menyiapkan booth di Inacraf. Sekaligus menunjukkan keseriusan kita untuk mengembangkan produksi produksi lokal. Dari dahulu sampai sekarang Wajo dikenal dengan sutera. Mulai dari arbe ulat sutera, kepompong sampai dengan diolah menjadi kain sutera,” imbuhnya.
Produksi sutera Kabupaten Wajo sudah terjalin sejak lama tentu patut dipertahankan karena ini bagian dari kearifan lokal bagian dari budaya kita. Tugas kita memastikan ketrampilan tetap terjaga dengan kaderisasi. Generasi muda enggan pakai ATBM karena lebih cepat main tiktok dapat fee nya.
Lanjut Andi setidak-tidaknya kita mencoba mempertahankan kearifan lokal kita. Ada di tim kami sudah membuka ruang bagi generasi muda untuk mengikuti atau memahami atau mempelajari tenun ini. Dan kaderisasi tersebar di beberapa kecamatan. Total pengrajin ada 6000 orang dengan berbagai usia,” bebernya.
Kita tetap berusaha mempertahankan produk kita baik berikut pangsa pasar termasuk dengan pengayaan motif. Supaya motif tidak monoton seperti itu. Ada pengrajin yang khusus klasik dan ada motif motif yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Harapannya tentu bisa membantu perekonomian masyarakat
Kita tetap berusaha mempertahankan produk kita berikut pangsa pasar termasuk dengan pengayaan motif. Supaya motif tidak monoton, ada pengrajin yang khusus klasik dan ada motif motif yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Harapannya tentu bisa membantu perekonomian masyarakat,” jelasnya.
Kita patut apresiasi pengrajin pengrajin sutera yang sudah mengirim ke internasional terutama Malaysia. Kita tetap menjaga produksinya jangan sampai pangsa pasar terbuka tetapi produksinya tidak terjaga kualitas dan kuantitasnya. Original produk ditambah pewarna alam yang harus dipertahankan. Kalau di Jogja ada batik Jenggolo yang memakai pewarna alami.
Dinas perindustrian sudah membentuk gugus tugas untuk pengkaderan milineal untuk tertarik dengan potensi besar kita sutera menjadi peluang ekonomi. Dan
bagaimana kita membranding dengan pasar. Branding, pakeging dan stock bisa kontinuitas dan standarnya harus terpenuhi.
Mudah mudahan Kabupaten Wajo bisa menstimulan produksi UMKM khususnya sutera yang perlu menjadi perhatian kita diharapkan menjadi titik perbaikan ekonomi baru. Akses bisa langsung ke pembeli pertama dan ada kepastian.
Dengan ekonomi membaik bisa menambah semangat masyarakat untuk beternak ulat sutera yang membutuhkan keahlian dan ongkos. Dengan adanya Kredit Usaha Rakyat (KUR) produksi ulat sutera semakin baik dan bisa disuplai untuk menjadi kain sutera berkualitas,” pungkasnya. *(LI)