SD. JAKARTA – Kehadiran YASBI yang merupakan bayi mungil yang menggemaskan di kalangan pegiat seni budaya dan pimpinan ormas serta politisi Betawi, merupakan sebuah gerakan yang sangat reaktif dan positif.
Pendapat itu dilontarkan oleh salah satu penggagas dan ketua umum YASBI Jalih Pitoeng.
“Kita ini masih sangat bayi. Tapi bukan berarti kita tidak mengerti dan memahami perkembangan di tanah Betawi,” ungkap Jalih Pitoeng usai memimpin rapat panitia inti dibilangan Pasar Minggu Jakarta Selatan, Rabu (25/06/2025).
“Oleh karenanya jangan terlalu dibebani yang berat-berat,” celotehnya.
“Tujuan kita baik dan mulia,” imbuhnya.
“Yaitu membangunkan yang tidur dan mengingatkan yang lupa,” lanjutnya.
“Saya tidak ingin YASBI ini tercebur dalam kepentingan politik praktis,” lanjut Jalih Pitoeng penuh harap.
“Sehingga YASBI harus menjunjung independensi dan kemandiriannya serta tidak terkooptasi apalagi intervensi seseorang atau kelompok tertentu,” terangnya.
“YASBI harus tumbuh dan berkembang serta maju sekaligus mampu mensejahterakan para pegiat seni budaya sebagai cita-cita mulia dan misi besarnya,” sambung Jalih Pitoeng.
Ditanya adanya isyu yang berkembang bahwa YASBI akan menyaingi LKB, mantan pengurus AMPI di era tahun delapan puluhan ini justru menjawab sebaliknya.
“Justru kita ingin membangun kerjasama dan sinergitas kepada semua pihak. Baik pemerintah, ormas maupun LKB itu sendiri,” kata Jalih Pitoeng.
Bahkan menurut Jalih Pitoeng bahwa Haji Beki Mardani selaku petinggi LKB mengatakan akan membangun kerjasama yang konstruktif dalam menjaga dan memelihara serta memajukan budaya Betawi.
“Saya sudah bertemu dengan petinggi Lembaga Kebudayaan Betawi atau LKB,” terangnya.
“Motto yang saya canangkan saja ‘Bersama Membangun Budaya’ itu artinya bahwa kita tidak bisa sendirian,” katanya mengingatkan.
“Apalagi ini organisasi sosial nir laba,” Jalih Pitoeng menegaskan.
Jadi kita sama-sama membangun dan mengambil peran masing-masing yang berorientasi pada upaya pemajuan budaya Betawi.
“Namun, ada kepuasan bathin sebagai makhluk sosial ketika ide, gagasan dan perbuatan itu bisa bermanfaat bagi yang lainnya,” ungkap Jalih Pitoeng.
Didesak pertanyaan tentang mengapa dirinya mendukung percepatan pembentukan lembaga adat Betawi saat hadiri Sarasehan ke III Kaukus Muda Betawi, Jalih Pitoeng bilang dirinya melihat dengan kacamata yang objektif serta mengedepankan kepentingan regional ketimbang personal.
“Bagi saya tidak penting siapa yang akan memimpin lembaga adat tersebut. Tentunya yang punya kompetensi untuk itu,” sambungnya menegaskan.
“Yang paling penting adalah aturan, hukum dan perundang-undangan itu bisa terbit demi kemajuan kaum Betawi secara konstitusional,” tegasnya.
“Karena secara esensial yang dibutuhkan oleh masyarakat Betawi adalah implentasinya bukan soal siapa yang akan menggoalkan dan memimpinnya,” kata Jalih Pitoeng.
“Kecuali bagi pihak-pihak yang berpendapat dan punya kepentingan lain” pungkasnya.
Menyikapi dinamika yang terus berkembang, wakil ketua umum YASBI Al Ghozali juga mendukung apa yang diutarakan oleh Jalih Pitoeng.
“Memang sejujurnya tarik menarik kepentingan ini terjadi,” kata Ghozali.
“Tapi saya sepakat dengan ketum bang Jalih Pitoeng agar YASBI tidak terkontaminasi oleh kepentingan lain kecuali buat kemajuan para pegiat seni,” papar nya.
Ghozali yang bertindak sebagai bendahara penyelenggara diskusi yang akan diselenggarakan pada 30 Juni di Setu Babakan seakan sudah tak mau banyak bicara.
“Pokonya susah dah saya kalo mau ceritainnya,” kata Ghozali dengan dialek Betawinya. (L)