banner 728x250

Yesus Kristus, Magnet Keselamatan Umat Manusia

Avatar photo
banner 120x600
banner 468x60

Suarademokrasi.co.id, Jakarta, 21 September 2025 – Kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dinilai sebagai bentuk kebaikan Tuhan yang paling besar dalam sejarah umat manusia. Kehadiran-Nya di dunia sebagai manusia diyakini menjadi bukti nyata penyertaan ilahi yang tak pernah surut terhadap ciptaan-Nya.

Menurut Johanes Libu Doni, SS, Penerjemah Ahli Muda di Pusat Strategi Kebijakan Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI, pengalaman akan kasih Tuhan yang terbesar tidak lain adalah saat Yesus masuk ke dunia dan menyerahkan diri-Nya untuk menyelamatkan umat manusia dari belenggu dosa.

“Yesus adalah magnet kehidupan orang percaya. Wafat-Nya di kayu salib merupakan bukti konkrit kasih-Nya yang menarik setiap orang untuk melekat kepada-Nya dan menerima keselamatan kekal,” ujar Johanes dalam refleksi rohaninya.

Ia menegaskan, keselamatan bukan hasil usaha manusia semata, melainkan anugerah cuma-cuma dari Tuhan. Tanpa keterlibatan Tuhan dalam hidup, manusia hanya akan terjerumus dalam kebinasaan dunia yang dipenuhi kekerasan, tipu daya, dendam, dan keputusasaan.

Dalam konteks iman Kristiani, Johanes mengutip berbagai ayat Kitab Suci, termasuk Yesaya 43:11 dan Matius 1:21, yang menekankan bahwa hanya Tuhanlah satu-satunya penyelamat. Oleh karena itu, menurutnya, ketergantungan manusia pada Yesus Kristus harus bersifat mutlak dan tanpa syarat.

“Tanpa ketaatan, manusia tidak akan bersatu dengan Allah. Ketaatan itu sendiri adalah rahmat, bukan hasil kerja keras semata. Tanpa pertolongan Tuhan, manusia tidak akan pernah mampu taat sepenuhnya,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa dosa dan godaan dunia seringkali tampak menyenangkan, namun pada akhirnya hanya membawa kematian rohani. “Orang yang hidup terpisah dari Tuhan sejatinya hidup dalam kegelapan, meski secara jasmani masih bernapas,” ungkapnya.

Mengutip kisah Maria dan Marta dalam Injil, Johanes mengajak umat untuk lebih banyak duduk di kaki Yesus, mendengarkan firman-Nya, dan tidak hanya sibuk dengan urusan dunia. Firman Tuhan disebutnya sebagai pelita dalam kegelapan, dan ketaatan terhadap firman itu menjadi jalan satu-satunya menuju kesempurnaan hidup.

“Yesus telah mengalahkan dosa dan maut. Kini giliran manusia untuk menundukkan hawa nafsu, menolak bujuk rayu iblis, dan hidup dalam kasih dan pengampunan yang telah dikaruniakan sejak kebangkitan-Nya,” katanya.

Ia menutup refleksinya dengan menekankan pentingnya menyelaraskan kehendak pribadi dengan kehendak Tuhan. Menurutnya, hal ini dapat dimulai dengan membaca Kitab Suci, hidup dalam doa, serta menjaga pikiran agar tetap terfokus pada kebaikan, sebagaimana tertulis dalam Filipi 4:8.

“Rahmat pertobatan adalah kunci. Bila kita hidup dalam kasih dan pengampunan, maka tidak ada tuduhan, kekhawatiran, atau rasa tidak layak yang dapat memisahkan kita dari terang Kristus,” pungkas Johanes. Penulis
Johanes Libu Doni, SS adalah Penerjemah Ahli Muda di lingkungan Mahkamah Agung RI. Ia kerap menulis refleksi rohani dan artikel spiritual dengan pendekatan teologis dan filosofis yang dalam. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *