SUARADEMOKRASI.CO.ID, JAKARTA –
29 Oktober 2025 — Sebuah acara seminar yang berpotensi memicu diskusi sengit akan diselenggarakan oleh Majelis Gerakan Akhir Zaman (GAZA). Dengan judul ambisius “Blueprint Roadmap Langit dan Peta Jalan Indonesia dan Dunia Tahun 2026-2029,” seminar ini dijadwalkan berlangsung pada 10 Desember 2025 di Gedung SGA Haji Pondok Gede, Jakarta.
Inti dari seminar ini adalah klaim kemampuan untuk memetakan masa depan dalam rentang waktu tiga tahun ke depan, namun dengan dasar yang tidak konvensional: tafsir kolektif atas ribuan “al-mubasyirat” atau mimpi yang benar. Ketua Majelis GAZA, Kang Dicky Chandra, menegaskan bahwa sebagian besar visi spiritual yang telah dihimpun terbukti akurat, dan sisanya akan memberikan arahan strategis.
Keputusan Majelis GAZA untuk menggunakan klaim mimpi sebagai dasar peta jalan strategis ini secara alamiah menuai pertanyaan di kalangan akademisi dan analis kebijakan. Metode verifikasi data spiritual tersebut—dan relevansinya terhadap dinamika ekonomi-politik yang riil di tingkat global dan domestik—menjadi sorotan utama yang berpotensi memicu perdebatan.
Meski demikian, kredibilitas forum ini ditingkatkan dengan rencana kehadiran narasumber berlatar belakang profesional dan strategis. Seminar akan menghadirkan Guru Besar ekonomi, Prof. Dr. Nandan Elkresna, yang diharapkan menjembatani narasi spiritual dengan analisis ekonomi formal.
Selain itu, pihak penyelenggara juga tengah menunggu konfirmasi partisipasi dari tokoh penting di bidang strategi dan intelijen, Jenderal Purnawirawan Prof. Dr. A.M. Hendro Priono, mantan Kepala BIN. Kehadiran tokoh-tokoh ini menjadi kunci untuk melihat sejauh mana klaim “visi spiritual” dapat diterjemahkan menjadi analisis yang valid dan memiliki nilai strategis yang dapat dieksekusi.
Secara implisit, seminar ini menantang batas-batas konvensional perencanaan strategis. Para pakar akan ditantang untuk menganalisis bagaimana narasi mimpi ini berinteraksi dengan indikator makroekonomi yang terukur atau ancaman geopolitik yang nyata.
Seminar yang dihelat pada 10 Desember mendatang ini menjadi penanda bahwa wacana proyeksi masa depan di Indonesia tidak hanya didominasi oleh lembaga riset konvensional, tetapi juga melibatkan dimensi spiritual yang diklaim memiliki basis bukti yang unik.

















